News & Research

Reader

Fokus Bergeser ke Ekonomi, Minyak Dekati Level Terendah Tujuh Pekan
Friday, May 03, 2024       03:54 WIB

Ipotnews - Harga minyak mendekati level terendah dalam tujuh minggu, Kamis, mendapatkan tekanan dari melemahnya permintaan global, meningkatnya persediaan dan memudarnya harapan untuk penurunan suku bunga Amerika lebih cepat.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, ditutup turun 5 sen menjadi USD78,95 per barel, terendah sejak 12 Maret, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (2/5) atau Jumat (3/5) pagi WIB.
Sementara, minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, juga mencapai titik terendah sejak awal Maret, kemudian memantul dari posisi terendah sesi menjadi menetap 23 sen, atau 0,3%, lebih tinggi menjadi USD83,67 per barel.
Kedua benchmark tersebut ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari (MA200), yang merupakan indikator teknikal utama dari pergeseran pasar yang bearish pada harga minyak mentah, kata analis StoneX, Alex Hodes.
Investor minyak semakin khawatir terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi di Amerika, ketika perang antara Israel dan Hamas terus berlanjut tanpa memberikan dampak besar terhadap pasokan minyak Timur Tengah.
Rabu, harga minyak merosot lebih dari 3% setelah pemerintah AS melaporkan lonjakan stok minyak mentah yang mengejutkan dan the Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah karena inflasi yang terus membandel.
"Sekarang semuanya bergantung pada permintaan karena premi risiko dari ketegangan di Timur Tengah yang terjadi bulan lalu berubah menjadi risiko sisa," kata Gaurav Sharma, analis minyak independen di London.
Merosotnya permintaan minyak solar di seluruh dunia juga menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan permintaan minyak di negara-negara besar. Stok gasoil, termasuk minyak solar, melonjak lebih dari 3% di pusat penyulingan dan penyimpanan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp, Eropa, selama sepekan hingga Kamis, berdasarkan data dari konsultan Insights Global.
Permintaan solar di pusat penyulingan Gulf Coast Amerika, yang juga disebut PADD 3, diperkirakan berada di bawah kisaran tiga tahun sebelumnya, kata Hodes. "Penyebab penurunannya adalah meski persediaan meningkat, produksi sulingan di PADD 3 berada pada level terendah sejak awal Maret," tambahnya.
Kontrak berjangka solar ultra-rendah sulfur AS jatuh ke level terendah sejak Juli 2023 untuk sesi ketiga berturut-turut.
Guna menopang harga, Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ( OPEC +) dapat memperpanjang pengurangan produksi jika permintaan gagal meningkat, kata tiga sumber dari kelompok tersebut kepada  Reuters. 
Trader mencermati apakah harga minyak yang lebih rendah akan memacu pemerintah Amerika untuk menambah cadangan strategisnya.
"Pasar minyak didukung oleh spekulasi bahwa jika WTI turun di bawah USD79, Amerika akan bergerak untuk meningkatkan cadangan strategisnya," kata Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM